Mencicipi Legitnya Ikan Tai yang Harganya Rp2 Juta Per Kilogram
A
A
A
JAKARTA - Jepang dikenal sebagai salah satu negara produsen dan konsumen terbesar produk-produk laut dan paling terkenal dengan produk tuna mereka, atau yang disebut juga dengan nama maguro.
Namun, ternyata Jepang memiliki satu jenis ikan lainnya, yang bisa dikatakan endemik Negeri Sakura tersebut, karena hanya bisa ditemukan di perairan di sekitaran Jepang. Ikan tersebut adalah ikan tai, yang jika dilihat sekilas mirip dengan ikan kakap.
Ikan tai, atau red sea beam adalah spesies yang cukup istimewa di Jepang. Dalam bahasa Jepang, tai bermakna perayaan dan memang ikan ini biasanya disajikan hanya pada saat perayaan tertentu, seperti ulang tahun, kelulusan, menyambut musim semi, dan perayaan lainnya.
Sindonews berkesempatan untuk menikmati manis dan legitnya ikan yang memiliki kisaran harga Rp2 juta perkilo tersebut. Dalam acara pengenalan kulier Jepang yang bertempat di kediaman resmi Duta Besar Jepang Indonesia di kawasan Senopati, kami menikmati dua jenis makanan dengan bahan dasar ikan tai, yakni sashimi dan juga nasi ikan.
Dimasak langsung oleh juru masa kediaman dubes Jepang, koki Hori Ikuo, hidangan pertama yang dimasak adalah nasi ikan. Panganan ini bisa terbilang mudah untuk dimasak hanya butuh beras, kaldu ikan, serta suwiran daging ikan tai.
Kaldu ikan yang digunakan dalam masakan ini adalah rebusan dari tulang ikan tai yang terlebih dahulu dibakar, yang ditambah dengan kombu atau rumput laut untuk memasak, soyu, garam, dan juga mirin. Proses memasaknya juga sederhana yakni hanya cukup mencapur nasi, kaldu dan suwiran daging ikan, lalu dimasak dengan abis besar hingga mendidih. Setelah mendidih, api dikecilkan dan masak nasi ikan itu dengan api kecil selama 12 menit.
Setelah 12 menit, api dimatikan, lalu masukan potongan ikan tai ke dalam wajan. Ikuo dalam kesempatan Ikuo menggunakan wajah tanah liat. Dengan sisa panas yang ada, ikan tersebut dimasak diatas nasi selama 20 menit. Nasi ikan itu memiliki rasa yang gurih yang pas, dan sangat cocok dengan lidah orang Indonesia.
Panganan kedua adalah sashimi. Di sini Ikuo menunjukan kemampuannya dalam menggunakan pisau. Pria berkacamata itu menyajikan ikan tai mentah dengan dua potongan yang berbeda, yakni potongan besar dan potongan tipis menyamping, yang kemudian digulung. Potongan besar memiliki tekstur yang lebih lembut, sedangkan potongan kedua memiliki tekstur yang lebih kenyal.
Seperti istilah harga tidak pernah berbohong, meski dimakan mentah-mentah ikan tai ini tidaklah amis. Ikan ini memiliki rasa yang cukup manis dan dicocol kedalam soyu atau kecap asin khas Jepang, membuat rasa ikan ini semakin lezat.
Bagi yang ingin mencicip ikan ini, tidak perlu khawatir. Menurut Ikuo, warga Indonesia bisa membeli ikan tai hasil penangkaran yang harganya hanya seperempat dari harga yang ikan tai ditangap langsung di alam. Harga ikan tai liar memiliki harga yang mahal karena jenis ini hanya bisa ditangkap pada musim semi dan gugur saja dan hanya ada di perairan timur Jepang.
Ikan tai liar memiliki warna yang lebih cerah, dengan bagian atas berwarna merah dan bawah berwarna putih, serta memiliki bentuk yang lebih bulat dan tebal. Sedangkan ikan tai dari penangkaran memiliki warna sedikit pucat, dengan warna hitam di bagian dekat sirip atas, selain itu dagingnya juga tidak sekenyal dan setelah ikan yang ditangkap di alam.
Dubes Jepang untuk Indonesia Masafumi Ishii menuturkan ikan tai dipilih untuk menjadi bahan utama dalam acara pengenalan kuliner Jepang ini bukan hanya karena kualitas dan nilai budaya yang tertanan. Namun, ikan ini juga memiliki warga yang mirip dengan bendera Indonesia, yakni merah dan putih.
Acara pengenalan kuliner Jepang ini sendiri merupakan acara kedua yang dilaksanakan Kedutaan Besar Jepang. Sebelumnya pada November tahun lalu, mereka juga melakukan acara yang sama, di mana kala itu mereka menggunakan wagyu sebagai bahan utamanya. Kala itu mereka ingin menunjukkan bahwa wagyu yang diekspor ke Indonesia sudah memiliki sertifikat halal.
"Kami harap hubungan Indonesia dan Jepang terutama dalam bidang ekonomi dan budaya bisa terus diperkuat melalui acara kuliner seperti ini. Dengan acara kami berharap ini warga Indonesia semakin mengetahui budaya dan masih banyaknya masakan khas Jepang lainnya yang lezat," kata Ishii.
Namun, ternyata Jepang memiliki satu jenis ikan lainnya, yang bisa dikatakan endemik Negeri Sakura tersebut, karena hanya bisa ditemukan di perairan di sekitaran Jepang. Ikan tersebut adalah ikan tai, yang jika dilihat sekilas mirip dengan ikan kakap.
Ikan tai, atau red sea beam adalah spesies yang cukup istimewa di Jepang. Dalam bahasa Jepang, tai bermakna perayaan dan memang ikan ini biasanya disajikan hanya pada saat perayaan tertentu, seperti ulang tahun, kelulusan, menyambut musim semi, dan perayaan lainnya.
Sindonews berkesempatan untuk menikmati manis dan legitnya ikan yang memiliki kisaran harga Rp2 juta perkilo tersebut. Dalam acara pengenalan kulier Jepang yang bertempat di kediaman resmi Duta Besar Jepang Indonesia di kawasan Senopati, kami menikmati dua jenis makanan dengan bahan dasar ikan tai, yakni sashimi dan juga nasi ikan.
Dimasak langsung oleh juru masa kediaman dubes Jepang, koki Hori Ikuo, hidangan pertama yang dimasak adalah nasi ikan. Panganan ini bisa terbilang mudah untuk dimasak hanya butuh beras, kaldu ikan, serta suwiran daging ikan tai.
Kaldu ikan yang digunakan dalam masakan ini adalah rebusan dari tulang ikan tai yang terlebih dahulu dibakar, yang ditambah dengan kombu atau rumput laut untuk memasak, soyu, garam, dan juga mirin. Proses memasaknya juga sederhana yakni hanya cukup mencapur nasi, kaldu dan suwiran daging ikan, lalu dimasak dengan abis besar hingga mendidih. Setelah mendidih, api dikecilkan dan masak nasi ikan itu dengan api kecil selama 12 menit.
Setelah 12 menit, api dimatikan, lalu masukan potongan ikan tai ke dalam wajan. Ikuo dalam kesempatan Ikuo menggunakan wajah tanah liat. Dengan sisa panas yang ada, ikan tersebut dimasak diatas nasi selama 20 menit. Nasi ikan itu memiliki rasa yang gurih yang pas, dan sangat cocok dengan lidah orang Indonesia.
Panganan kedua adalah sashimi. Di sini Ikuo menunjukan kemampuannya dalam menggunakan pisau. Pria berkacamata itu menyajikan ikan tai mentah dengan dua potongan yang berbeda, yakni potongan besar dan potongan tipis menyamping, yang kemudian digulung. Potongan besar memiliki tekstur yang lebih lembut, sedangkan potongan kedua memiliki tekstur yang lebih kenyal.
Seperti istilah harga tidak pernah berbohong, meski dimakan mentah-mentah ikan tai ini tidaklah amis. Ikan ini memiliki rasa yang cukup manis dan dicocol kedalam soyu atau kecap asin khas Jepang, membuat rasa ikan ini semakin lezat.
Bagi yang ingin mencicip ikan ini, tidak perlu khawatir. Menurut Ikuo, warga Indonesia bisa membeli ikan tai hasil penangkaran yang harganya hanya seperempat dari harga yang ikan tai ditangap langsung di alam. Harga ikan tai liar memiliki harga yang mahal karena jenis ini hanya bisa ditangkap pada musim semi dan gugur saja dan hanya ada di perairan timur Jepang.
Ikan tai liar memiliki warna yang lebih cerah, dengan bagian atas berwarna merah dan bawah berwarna putih, serta memiliki bentuk yang lebih bulat dan tebal. Sedangkan ikan tai dari penangkaran memiliki warna sedikit pucat, dengan warna hitam di bagian dekat sirip atas, selain itu dagingnya juga tidak sekenyal dan setelah ikan yang ditangkap di alam.
Dubes Jepang untuk Indonesia Masafumi Ishii menuturkan ikan tai dipilih untuk menjadi bahan utama dalam acara pengenalan kuliner Jepang ini bukan hanya karena kualitas dan nilai budaya yang tertanan. Namun, ikan ini juga memiliki warga yang mirip dengan bendera Indonesia, yakni merah dan putih.
Acara pengenalan kuliner Jepang ini sendiri merupakan acara kedua yang dilaksanakan Kedutaan Besar Jepang. Sebelumnya pada November tahun lalu, mereka juga melakukan acara yang sama, di mana kala itu mereka menggunakan wagyu sebagai bahan utamanya. Kala itu mereka ingin menunjukkan bahwa wagyu yang diekspor ke Indonesia sudah memiliki sertifikat halal.
"Kami harap hubungan Indonesia dan Jepang terutama dalam bidang ekonomi dan budaya bisa terus diperkuat melalui acara kuliner seperti ini. Dengan acara kami berharap ini warga Indonesia semakin mengetahui budaya dan masih banyaknya masakan khas Jepang lainnya yang lezat," kata Ishii.
(alv)